Menurut Taofan, ketiga negara tersebut berperan besar dalam mendorong arus masuk investasi baru ke Batam. Hal ini mencerminkan pergeseran rantai pasok global yang kini mulai beralih ke kawasan Asia Tenggara, termasuk Batam, sebagai pusat pertumbuhan industri baru.
“Ketiga negara ini menjadi motor pendorong masuknya investasi baru ke Batam, sejalan dengan tren globalisasi industri manufaktur, logistik, serta sektor jasa modern,” jelasnya.
Peningkatan kunjungan investor asing tersebut juga sejalan dengan lonjakan realisasi investasi PMA di Batam. Pada triwulan II/2025, realisasi investasi asing mencapai Rp8,17 triliun, melonjak 497 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp1,37 triliun.
Taofan menilai pertumbuhan tersebut mencerminkan korelasi positif antara minat calon investor dan realisasi investasi yang benar-benar terjadi di lapangan.
“Data ini memperlihatkan bahwa minat kunjungan calon investor berbanding lurus dengan realisasi investasi. Investor datang karena mereka melihat adanya potensi nyata dan kesiapan kawasan Batam untuk menerima investasi dalam skala besar,” ujarnya.
Meskipun BP Batam belum merinci nilai investasi berdasarkan sektor, Taofan mengungkapkan bahwa terdapat tiga bidang yang paling diminati oleh para investor sepanjang tahun berjalan. Ketiganya adalah industri pengolahan (manufaktur), sektor pendidikan, dan konstruksi.
“Ketiga sektor ini dipandang memiliki prospek jangka panjang karena didukung posisi Batam yang strategis serta infrastruktur yang terus berkembang,” tambahnya.
Sektor manufaktur dinilai menjadi tulang punggung utama pertumbuhan ekonomi Batam, sementara sektor pendidikan dan konstruksi menunjukkan permintaan yang tinggi dalam mendukung ekosistem industri dan pembangunan sumber daya manusia.
Posisi Batam sebagai hub industri dan perdagangan juga diperkuat oleh pengembangan infrastruktur strategis. Dua proyek besar yang tengah dikebut adalah pengembangan Bandara Internasional Hang Nadim serta modernisasi Pelabuhan Batuampar.
Taofan menyebutkan bahwa infrastruktur yang saling terintegrasi antara pelabuhan, bandara, dan kawasan industri merupakan faktor utama yang menarik minat investor menjadikan Batam sebagai basis operasional mereka di kawasan Asia Tenggara.
“Infrastruktur yang terintegrasi ini menjadi salah satu alasan utama investor menjadikan Batam sebagai basis operasi regional,” tegasnya.
Dengan tingginya minat investor, BP Batam optimistis dapat mencapai target investasi tahunan sebesar Rp60 triliun pada akhir 2025. Hingga semester I/2025, realisasi investasi telah mencapai Rp33,72 triliun atau setara dengan 56,2 persen dari target.
“Calon investor yang datang ke Batam mencerminkan adanya keyakinan besar bahwa kawasan ini siap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Asia Tenggara,” tutup Taofan.(*/Iman)