Sementara itu, di luar Jawa, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Bali menjadi daerah dengan pertumbuhan perusahaan gadai yang paling dinamis. Beberapa provinsi seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Papua masih memiliki porsi yang relatif kecil, namun mulai memperlihatkan potensi besar untuk ekspansi jaringan layanan gadai.
Pihaknya pun menyadari bahwa industri pergadaian kini tidak hanya berbicara soal penyaluran dana cepat, tetapi juga soal inklusi keuangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Melalui program seperti Gerakan Cerdas Keuangan (GENCARKAN) dan Gerakan Industri Keuangan (GIK), asosiasi ini terus mengedukasi masyarakat agar memahami pentingnya pengelolaan aset dan pemanfaatan lembaga gadai secara bijak.
“PPGI berkomitmen agar industri pergadaian tumbuh bukan hanya besar secara angka, tetapi juga kuat secara tata kelola dan manfaat sosial. Gadai modern harus menjadi bagian dari solusi keuangan masyarakat, bukan sekadar alternatif pembiayaan jangka pendek,” ujarnya.
Ke depan, tantangan industri pergadaian bukan hanya pada ekspansi jaringan, tetapi juga digitalisasi layanan, penguatan tata kelola, serta kolaborasi lintas sektor untuk menjangkau masyarakat unbanked dan underbanked.
PPGI terus memperkuat kolaborasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pelaku industri, serta pemerintah daerah untuk memastikan layanan gadai hadir lebih inklusif, transparan, dan sesuai prinsip kehati-hatian.
“Dengan pertumbuhan positif dalam tiga tahun terakhir, industri pergadaian kini menjadi salah satu sektor keuangan non-bank yang berperan strategis dalam menopang ekonomi masyarakat. Di tengah tantangan ekonomi global, semangat kolaboratif dan inovatif yang dibangun PPGI diyakini akan membawa industri ini menuju masa depan yang lebih kuat dan berkelanjutan,” tutupnya. (Iman)
