KABAREKONOMI.CO.ID, BATAM – Awal tahun 2025 kiranya menjadi masa sulit bagi dunia kerja di Kota Batam. Tercatat, ada ratusan pekerja harus menerima Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dari dampak adanya perusahaan yang gulung tikar atau melakukan efisiensi akibat tekanan ekonomi global.
Kondisi ini pun, kian menambah panjang daftar masyarakat yang kesulitan mendapatkan pekerjaan layak. Situasi ini diperparah dengan angka pengangguran yang masih tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Batam pada tahun 2024 mencapai 7,68 persen, atau jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang hanya 4,82 persen.
Dari 33.795 lamaran kerja yang masuk, hanya 5,56 persen yang diterima. Hal ini pun, menunjukkan minimnya peluang kerja sekaligus keterbatasan keterampilan tenaga kerja lokal.
Namun, di tengah tantangan tersebut, ada harapan baru dari sektor investasi.
Berdasarkan data yang dihimpun, pada Triwulan II 2025 diketahui realisasi investasi di Batam tercatat mencapai Rp 9,6 triliun. Dimana angka ini meningkat 11 persen dibanding triwulan sebelumnya, dan melonjak hingga 97 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2024.
Pertumbuhan investasi ini, menunjukkan bahwa Kota Batam masih memiliki daya tarik besar di mata investor, terutama karena letak strategisnya yang dekat dengan Singapura dan basis industri yang kuat.
Bagi warga yang terdampak PHK, masuknya investasi bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan harapan nyata.
“Sejak di-PHK awal tahun, saya sudah melamar ke banyak perusahaan tapi belum dapat panggilan (kerja). Kalau benar ada investasi besar masuk, harapannya bisa buka lapangan kerja baru, jadi kami tidak terus menganggur,” ungkap Andi, warga Batam.
Hal senada diungkapkan Niki, 27 tahun, lulusan SMA yang hingga kini belum mendapat pekerjaan sangat berharap bisa mendapatkan peluang pekerjaan untuk nya.
“Pengangguran di Batam tinggi sekali. Banyak teman-teman saya juga belum bekerja. Kalau ada investasi, kami berharap jangan hanya bangun pabrik, tapi juga kasih kesempatan anak-anak lokal untuk kerja,” terangnya.
Sebagaimana diketahui, Kota Batam sebagai kota industri sebenarnya punya modal besar untuk itu. Dengan letak strategis di jalur perdagangan internasional, serta dukungan infrastruktur industri yang terus berkembang, potensi penyerapan tenaga kerja sangat terbuka.
Kota Batam sebenarnya punya modal besar untuk menampung investasi baru. Dengan letak strategis di jalur perdagangan internasional dan infrastruktur industri yang terus berkembang, potensi penyerapan tenaga kerja sangat terbuka.
Sejumlah investasi kini tengah berjalan, salah satunya di sektor kesehatan. Mayapada Healthcare memulai pembangunan Mayapada Apollo Batam International Hospital (MABIH) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata dan Kesehatan Internasional Batam, dengan nilai investasi lebih dari Rp 1 triliunan.
Di sisi lain, proyek skala nasional, Rempang Eco-City, juga digadang-gadang sebagai salah satu investasi terbesar di Batam. Pengembangan kawasan ini diproyeksikan menggenjot investasi hingga Rp 381 triliun hingga tahun 2080.
Selain itu, pengembangan kawasan industri Nirup yang diproyeksikan mampu menarik sektor manufaktur dan logistik, kawasan Rempang yang diarahkan untuk industri dan pariwisata, hingga perluasan sektor galangan kapal dan elektronika, juga diharapkan menciptakan ribuan lapangan kerja baru bagi masyarakat Batam.
Namun, untuk bisa merasakan manfaat dari investasi tersebut, dibutuhkan keterbukaan dan dukungan dari semua pihak. Penolakan terhadap investasi hanya akan memperlambat terciptanya peluang kerja baru yang sangat dibutuhkan di tengah tingginya angka PHK dan pengangguran.
Dengan menerima investasi, Batam bisa bangkit kembali sebagai kota industri yang mampu menyediakan pekerjaan layak bagi warganya.(***)
