Sektor-sektor yang termasuk dalam kerangka blue economy antara lain perikanan tangkap dan budidaya, energi laut, industri maritim, pariwisata bahari, serta jasa kelautan. BI menilai, jika dikelola dengan baik, sektor ini dapat menjadi penggerak utama ekonomi Kepri dalam 10 tahun ke depan.
Dalam forum tersebut, BI juga menyoroti tantangan utama pembangunan Kepri, yaitu bagaimana menjaga momentum pertumbuhan tinggi agar tetap inklusif dan berkelanjutan.
“Pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja belum cukup. Kita harus memastikan manfaatnya dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, termasuk pelaku UMKM dan masyarakat pesisir,” kata Ronny.
Menurutnya, kontribusi konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama ekonomi Kepri, disusul oleh sektor industri pengolahan dan ekspor. Karena itu, penguatan daya beli masyarakat, peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan pemerataan akses pembiayaan menjadi fokus kebijakan ke depan.
Bank Indonesia juga terus memperkuat sinergi dengan pemerintah daerah, pelaku usaha, dan lembaga keuangan untuk mendorong investasi produktif, digitalisasi ekonomi, serta pembiayaan hijau (green financing).
Kepri Economic Forum 2025 turut menghadirkan sejumlah pembicara dari kalangan akademisi dan industri, yang membahas isu-isu seperti transformasi sektor perikanan, peluang ekspor nonmigas, serta strategi memperkuat inklusi keuangan di wilayah kepulauan.
Forum ini diharapkan menjadi wadah untuk membangun pemahaman bersama tentang arah baru pembangunan Kepri.
“Momentum pertumbuhan saat ini harus menjadi pijakan untuk membangun ekonomi yang tidak hanya tumbuh cepat, tapi juga tangguh, merata, dan berkelanjutan,” tegas Ronny.
Dengan fondasi ekonomi yang kuat, inflasi terkendali, dan fokus baru pada ekonomi biru, Kepulauan Riau kini menegaskan diri sebagai model pertumbuhan daerah yang inklusif dan berorientasi masa depan di Indonesia bagian barat.(Iman Suryanto)









