Mulai dari sanksi untuk pembuang sampah sembarangan, pengawasan melalui CCTV, hingga kewajiban pelaku usaha memiliki sistem pengelolaan sampah yang terstandar, semua menjadi bagian dari strategi memperbaiki disiplin kolektif.
4. Mengubah Pola Pikir: Menggerakkan Masyarakat dari Rumah
Tidak ada pengelolaan sampah yang berhasil tanpa perubahan perilaku masyarakat. Karena itu, FMPBM mengusulkan kampanye besar bertajuk “Batam Bersih 2025–2030”, dengan fokus pada edukasi pemilahan sampah dari sumbernya.
Sekolah dan kampus diharapkan menjadi zona bebas sampah, sekaligus pusat pembelajaran lingkungan bagi generasi muda. Peran tokoh masyarakat, RT/RW, hingga komunitas dianggap penting untuk menjaga keberlanjutan kampanye.
5. Kolaborasi Multipihak: Pemerintah Tidak Bisa Bekerja Sendiri
Salah satu poin penting dalam usulan adalah perlunya kolaborasi dari seluruh ekosistem kota.
Forum menekankan bahwa pemerintah, swasta, komunitas lingkungan, serta masyarakat harus duduk dalam forum koordinasi rutin untuk memastikan keselarasan program.
Pelaku industri di Batam juga didorong menerapkan Extended Producer Responsibility (EPR), yaitu tanggung jawab untuk mengelola sampah produk mereka hingga akhir siklus hidupnya.
6. Transparansi dan Tata Kelola: Membangun Kepercayaan Publik
Pengelolaan sampah bukan hanya soal teknis, tetapi juga soal tata kelola. FMPBM menyarankan adanya dashboard informasi publik yang memuat data anggaran, rute pengangkutan, hingga capaian program. Dengan transparansi, masyarakat dapat ikut mengawasi dan memberikan masukan.










