Saat ini, SKK Migas menargetkan produksi sekitar 605 ribu barel per hari. Capaian produksi masih berada di kisaran 90–95 persen dari target, dan optimisme tetap dijaga agar pada akhir tahun seluruh target dapat terpenuhi.
Lebih lanjut, Yanin menyoroti peran vital wilayah kerja di Riau, khususnya Blok Rokan, dalam menopang produksi nasional. Wilayah kerja ini menyumbang hampir 25 persen dari produksi migas nasional, sekaligus menjadi penopang utama produksi di Sumbagut.
“Secara keseluruhan kontribusi Riau mencapai 92 persen. Ini menunjukkan betapa pentingnya Sumbagut, terutama Rokan, dalam mendukung ketahanan energi nasional,” katanya.
Meski demikian, ia tidak menutup mata terhadap tantangan di lapangan. Beberapa wilayah kerja masih mengandalkan cekungan lama sehingga memerlukan inovasi teknologi dan upaya intensifikasi agar produksi tetap stabil.
Selain membahas capaian produksi, Yanin juga memperkenalkan sebuah buku yang mendokumentasikan perjalanan panjang industri hulu migas di Indonesia, termasuk peran Sumbagut. Buku tersebut ditulis oleh Rinto Parindo, seorang praktisi migas yang kini bertugas di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
