“Sekarang hampir semua perusahaan asuransi menghadirkan aplikasi digital untuk mendekatkan diri dengan klien. Akses layanan yang sebelumnya terbatas, kini bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja,” kata Budianto.
Meski demikian, Budianto tidak menutup mata terhadap tantangan besar yang menyertai era digital. Menurutnya, isu keamanan data menjadi salah satu sorotan utama. “Kita bicara dunia digital, tentu ada sisi positif dan negatif. Ancaman penipuan, pencurian data, hingga kejahatan siber harus diantisipasi,” jelasnya.
Selain keamanan, tantangan lain yang harus dihadapi adalah kesiapan regulasi, infrastruktur, serta literasi digital masyarakat. Tidak semua masyarakat memahami atau mau beradaptasi dengan platform digital. Oleh sebab itu, edukasi publik menjadi langkah penting agar transformasi digital di sektor asuransi dapat berjalan optimal.
Budianto menekankan bahwa industri asuransi di masa depan tidak bisa berjalan sendiri. Kolaborasi dengan perusahaan teknologi, e-commerce, perbankan digital, hingga layanan kesehatan berbasis aplikasi menjadi keharusan. Integrasi ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem digital yang lebih luas, inklusif, dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Perusahaan asuransi harus mampu membangun kemitraan strategis, memperkuat literasi digital, serta menjadikan teknologi sebagai mitra utama. Dengan begitu, industri ini tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu berkembang pesat,” paparnya.
Ia juga mencontohkan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) yang saat ini sudah membantu perusahaan dalam menyusun materi presentasi, melayani pelanggan melalui chatbot, hingga menganalisis data besar untuk menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.