Dengan mengelola potensi tersebut dalam satu kawasan terpadu, wisatawan tidak perlu lagi berpindah-pindah tempat untuk menikmati keberagaman budaya Kepri.
“Para wisata ini nantinya bisa datang ke satu lokasi saja dan mereka sudah dapat semua. Tidak jauh-jauh lagi,” jelasnya.
Konsep yang didorong oleh DPRD Kepri ini meliputi pembagian zona yang terorganisir, agar setiap potensi lokal mendapatkan ruang maksimal dalam mengembangkan ekonomi.
Mulai dari zona Kesenian, yang menampilkan pertunjukan budaya berbagai daerah secara terjadwal. Kemudian, zona Kuliner, diama sentra makanan khas Kepri dan nusantara, termasuk UMKM lokal. Hingga zona handicraft, dimana produk kerajinan tangan, souvenir, dan ekraf yang bisa menjadi daya tarik belanja wisata.
“Misalnya satu daerah khusus untuk kesenian, satu daerah untuk kuliner, dan satu daerah untuk handicraft. Semua tertata dan terkelola,” tutur Wahyu.
Wahyu menyebut bahwa konsep ini mirip dengan “taman mini” yang menampilkan ragam budaya namun dengan sentuhan khas Batam sebagai kota berwawasan internasional.
“Betul, konsep ini seperti taman mini di Batam. Karena Batam ini menjadi jendela dunia. Banyak wisatawan luar negeri yang masuk melalui Batam, sehingga ini peluang ekonomi besar,” ucapnya.
Dengan posisi Batam sebagai pintu masuk utama wisatawan mancanegara, khususnya dari Singapura dan Malaysia kawasan tersebut diharapkan menjadi magnet baru bagi pariwisata Kepri dan mendongkrak pendapatan UMKM lokal.
