KABAREKONOMI.CO.ID, BATAM – Kegiatan bermain layang-layang yang biasa dianggap sebagai hiburan ringan, terutama di musim kemarau, ternyata menyimpan potensi bahaya besar jika dilakukan di area yang tidak tepat.
PT PLN Batam secara resmi memperingatkan masyarakat tentang risiko serius yang dapat ditimbulkan jika layang-layang dimainkan di dekat jaringan listrik, mulai dari gangguan pasokan listrik, kerusakan infrastruktur, hingga ancaman jiwa akibat kesetrum.
Sekretaris Perusahaan PT PLN Batam, Samsul Bahri menegaskan bahwa layang-layang masih menjadi salah satu penyebab utama gangguan sistem kelistrikan di Batam. Ia menjelaskan bahwa benang atau rangka layang-layang yang terbuat dari bahan konduktif—seperti kawat, benang basah, atau bambu yang lembap—berpotensi memicu hubungan arus pendek (short circuit) ketika bersentuhan dengan kabel listrik.
“Jaringan listrik biasanya terdiri dari tiga kabel. Jika benang atau bahan dari layang-layang menyentuh ketiganya sekaligus, akan terjadi korsleting listrik yang bisa merambat ke sistem lain. Pemulihannya memerlukan waktu dan menyebabkan pemadaman cukup lama,” ujar Samsul, Rabu (1/10/2025) pagi.
Selain faktor kelalaian manusia, cuaca ekstrem seperti hujan lebat dan angin kencang juga memperbesar risiko gangguan kelistrikan. Layang-layang yang tersangkut di pohon bisa terbawa angin hingga menyentuh kabel listrik. Sementara itu, pohon tumbang atau ranting yang bergesekan dengan jaringan juga kerap menimbulkan korsleting.
“Rangka layang-layang yang terbuat dari bambu atau kayu, ketika basah, bisa menjadi penghantar listrik yang efektif. Inilah yang sering luput dari perhatian masyarakat,” tambahnya.
PLN Batam mengimbau warga untuk tidak bermain layangan di sekitar jaringan listrik dan mendukung upaya pemangkasan pohon yang terlalu dekat dengan jalur kabel.
Tragedi Nyata
Kasus tersengat listrik akibat bermain layang-layang bukan sekadar ancaman teoritis. Di berbagai daerah di Indonesia, insiden ini sudah menyebabkan korban luka parah hingga meninggal dunia, serta kerugian material dan sosial yang tidak sedikit.
Contoh Kasus:
1. Kubu Raya, Kalbar (2019): Dua bocah kesetrum saat benang kawat layangan menyentuh kabel listrik. Satu anak tewas, satu lainnya luka parah.
2. Banda Aceh (2021): Seorang bocah 11 tahun meninggal setelah menggunakan galah aluminium untuk mengambil layang-layang yang tersangkut di kabel listrik.
3. Lombok Timur (2024): Bocah 8 tahun mengalami luka bakar serius setelah benang layangan menyentuh kabel utama PLN.
4. Riau (2017): Seorang ayah tewas kesetrum saat mencoba mengambil layangan anaknya dengan tongkat besi dari tiang listrik.
Berdasarkan data internal PLN dan laporan media:
1. Di Kalimantan Barat, 94% gangguan listrik pada 2018 disebabkan oleh tali atau kawat layang-layang.
2. Di Jawa Tengah dan DIY, gangguan listrik akibat layang-layang meningkat hingga 47% dalam tiga bulan terakhir.
3. Di Kalimantan Selatan, sepanjang 2023, tercatat 77 gangguan jaringan listrik akibat layang-layang.
Kegiatan sederhana seperti bermain layang-layang bisa berubah menjadi bencana bila dilakukan tanpa memperhatikan keselamatan. Edukasi dan kerja sama seluruh elemen masyarakat—termasuk orang tua, guru, RT/RW, dan aparat desa—sangat penting untuk mencegah kejadian serupa terulang.
PLN Batam menegaskan komitmennya untuk menjaga keandalan listrik di wilayahnya, namun keselamatan bersama harus menjadi tanggung jawab kolektif.
“Keselamatan masyarakat adalah prioritas utama kami. Mari bersama-sama kita ciptakan lingkungan yang aman, dengan tidak bermain layang-layang dekat jaringan listrik,” tutup Samsul Bahri. (Iman)