‘Angin Baru’ dari Batam, Kepala BP Batam Amsakar: Investasi Lokal Menjadi Tumpuan Harapan Ekonomi

Kepala BP Batam, Amsakar Achmad
Kepala BP Batam, Amsakar Achmad

KABAREKONOMI.CO.ID, Batam – Di tengah arus globalisasi dan ketatnya persaingan investasi antarnegara, Kota Batam menunjukkan dinamika ekonomi yang menarik. Jika selama ini Batam dikenal sebagai magnet bagi investor asing, kini arah anginnya mulai berubah. Para pengusaha dalam negeri kian mantap menanamkan modalnya di kota industri ini.

Kepala BP Batam, Amsakar Achmad, menatap optimis fenomena tersebut. Di ruang kerjanya yang menghadap ke kawasan industri Batam Center pada Senin (10/11/2025) pagi, ia menegaskan bahwa penurunan angka Penanaman Modal Asing (PMA) bukanlah tanda melemahnya ekonomi Batam.

Bacaan Lainnya

Sebaliknya, peningkatan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) justru menjadi bukti tumbuhnya kepercayaan pelaku usaha lokal terhadap prospek ekonomi daerah.

“Tak ada masalah dengan penurunan PMA. Semua investasi, baik dari dalam maupun luar negeri, memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di Batam,” ujar Amsakar, Senin (10/11/2025).

Data BP Batam menunjukkan hingga September 2025, realisasi investasi mencapai Rp 54,7 triliun atau sekitar 91 persen dari target tahunan Rp 60 triliun. Dari total tersebut, investasi domestik memberikan porsi terbesar.

Sementara itu, di skala provinsi, nilai PMDN di Kepulauan Riau—yang sebagian besar ditopang Batam—mencapai Rp 3,69 triliun pada kuartal pertama 2025. Angka ini melonjak 79,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sebaliknya, investasi asing (PMA) tercatat sebesar US$ 595,65 juta.

Bagi Amsakar, perubahan komposisi investasi ini adalah bagian dari “kematangan ekonomi” Batam. Ia melihat tumbuhnya PMDN sebagai sinyal bahwa reformasi birokrasi dan kebijakan yang dijalankan BP Batam mulai membuahkan hasil.

“Pengusaha lokal semakin percaya diri menanamkan modalnya di Batam. Ini bukti bahwa Batam tetap menarik, bukan hanya bagi investor asing, tapi juga bagi investor domestik,” jelasnya.

Selama ini, berbagai insentif fiskal di Kawasan Perdagangan Bebas Batam seperti pembebasan bea masuk dan kemudahan ekspor-impor kerap dianggap lebih menguntungkan bagi investor asing. Namun Amsakar menepis pandangan itu.

“Konsep kawasan memang mendorong investasi asing, tapi kalau pengusaha dalam negeri kita kuat, tentu itu hal baik. Tak ada dikotomi antara PMA dan PMDN—keduanya saling memperkuat fondasi ekonomi Batam,” tegasnya.

Menanggapi anggapan bahwa turunnya PMA dipicu oleh penutupan kantor cabang BP Batam di luar negeri, Amsakar tersenyum. Ia menyebut era promosi investasi kini telah berubah.

“Sekarang zamannya digital. Kantor di luar negeri bukan satu-satunya cara menarik investor. Kita manfaatkan platform digital, forum bisnis, dan kolaborasi antar-pemerintah,” katanya.

BP Batam kini tengah memperluas jejaring global dengan pendekatan komunikasi modern berbasis teknologi. Strategi baru ini diharapkan mampu menjaga visibilitas Batam di mata dunia, tanpa harus bergantung pada kehadiran fisik di luar negeri.

Meski capaian investasi terus meningkat, Amsakar menegaskan bahwa yang menjadi fokus utama bukan hanya angka nominalnya, melainkan kualitas dan keberlanjutan investasi itu sendiri. Setiap proyek, katanya, harus mampu membuka lapangan kerja, meningkatkan nilai tambah, dan memperkuat sektor produktif daerah.

“Yang kita jaga adalah keseimbangan. PMA tetap penting, tapi jika PMDN tumbuh kuat, ekonomi Batam akan lebih tangguh menghadapi gejolak global,” ujarnya. “Yang utama, investasi harus memberi manfaat nyata bagi masyarakat dan daerah.”

Batam kini berada di persimpangan emas: antara mempertahankan reputasinya sebagai magnet investor asing, dan mengokohkan diri sebagai rumah bagi pengusaha lokal yang semakin percaya diri.

Perubahan ini menunjukkan satu hal penting, dimana ekonomi Batam tak lagi sepenuhnya bergantung pada modal asing. Justru dari tangan-tangan lokal, kota ini menemukan kekuatannya yang baru: kepercayaan diri untuk tumbuh dari dalam negeri sendiri. (Iman Suryanto)

Pos terkait