Ia menegaskan bahwa sinergi kebijakan menjadi penopang utama keberhasilan tersebut. kolaborasi fiskal–moneter, penguatan sektor pangan, serta stabilitas nilai tukar yang terjaga, dinilai mampu membuat ekonomi Indonesia tetap kokoh.
Menurut BI, pada 2026–2027, Indonesia berpotensi tumbuh lebih tinggi dengan pendorong utama berupa:
1. kenaikan konsumsi rumah tangga
2. investasi yang makin kuat
3. ekspor yang tetap bertahan meskipun ekonomi dunia melambat
4. inflasi yang tetap terkendali
5. cadangan devisa yang cukup serta neraca pembayaran yang sehat
6. pertumbuhan kredit yang meningkat
7. percepatan ekonomi keuangan digital seperti e-commerce, digital banking, dan uang elektronik
Perry kemudian memaparkan arah kebijakan dan transformasi ekonomi nasional untuk memperkuat daya tahan Indonesia di masa depan.
Ia menegaskan bahwa posisi Indonesia harus semakin tangguh dan mandiri, berbasis sumber daya alam dan ekonomi kerakyatan. Ada lima area sinergi besar yang akan menjadi fokus Indonesia ke depan:
1. Memperkuat stabilitas dan mendorong permintaan domestik
Stabilitas harga, nilai tukar rupiah, dan kondisi pasar keuangan harus menjadi pondasi utama pertumbuhan.
2. Hilirisasi, industrialisasi, dan ekonomi kerakyatan
Transformasi struktural menjadi keharusan agar Indonesia tidak lagi bergantung pada komoditas mentah.
3. Penguatan pemberdayaan dan pendalaman pasar keuangan
Pengembangan instrumen keuangan, literasi masyarakat, serta penguatan UMKM menjadi prioritas.
4. Akselerasi ekonomi keuangan internasional
Indonesia harus meningkatkan posisi dalam arus ekonomi global melalui penguatan kerja sama dan integrasi sistem pembayaran.
5. Kerja sama investasi dan perdagangan internasional
Kolaborasi yang lebih luas dengan berbagai negara diperlukan untuk mengamankan pasar dan arus modal.
Perry menegaskan bahwa stabilitas bukan berarti stagnasi. “Stabilitas yang dinamis adalah stabilitas yang membuat harga terkendali, rupiah stabil, ekonomi bergerak cepat, dan rakyat merasakan manfaatnya,” ujarnya.
Ia menyebut konsep tersebut sebagai “sumitronomis”, yang menekankan kolaborasi erat antara kebijakan fiskal dan moneter sebagai mesin pertumbuhan dan stabilitas.
Perry menegaskan bahwa masa depan ekonomi Indonesia membutuhkan komitmen kuat dari seluruh pemangku kepentingan.
“Kedepan, mari kita perkuat sinergi. Bersatu, kita tangguh dan mandiri,” tutupnya disambut tepuk tangan hadirin.
Pertemuan Tahunan BI 2025 pun menjadi ruang refleksi sekaligus peta jalan untuk menavigasi tantangan global menuju Indonesia yang lebih kuat, adaptif, dan berdaya saing. (Iman Suryanto)










