Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya pengelolaan utang secara bijak. Utang, katanya, bisa menjadi pengungkit usaha, tetapi juga bisa menjadi beban jika disalahgunakan.
“Dana pembiayaan dari bank harus dimanfaatkan untuk usaha, bukan untuk gaya hidup, misalnya membeli gawai mewah. Kalau salah kelola, usaha bisa gagal,” tegasnya.
Selain itu, Direktur BPR Satya mengingatkan risiko finansial yang harus diantisipasi UMKM, mulai dari gagal usaha, tertipu investasi bodong, hingga tidak memiliki asuransi. Salah satu prinsip dasar yang harus dijaga adalah memisahkan keuangan pribadi dengan keuangan usaha.
Dalam mengelola keuangan, ia juga menyarankan konsep alokasi anggaran seperti 50-30-20, di mana 50 persen untuk kebutuhan pokok, 30 persen untuk keinginan, dan 20 persen untuk tabungan atau investasi. Namun, skema tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing pelaku usaha.
“Tujuan akhirnya adalah meningkatkan standar hidup dengan pengelolaan keuangan yang sehat, disiplin, dan produktif. Kalau UMKM mampu mengelola pembiayaan dengan baik, maka peluang untuk naik kelas akan semakin besar,” pungkasnya.(Iman)