Dalam diskusi tersebut, kedua pihak banyak berbicara mengenai sejarah panjang kemitraan Batam–Singapura, yang sejak awal memang dibangun di atas semangat saling mendukung dalam pengembangan kawasan ekonomi strategis di Selat Singapura.
“Kami sempat menyinggung kilas balik perjalanan kemitraan antara Batam dan Singapura. Bahkan, latar belakang historis hubungan ini juga kembali diangkat dalam pembicaraan,” ujarnya.
Dalam dialog tersebut, Amsakar menegaskan bahwa kemajuan kedua wilayah tidak harus didasari oleh persaingan, melainkan sinergi dan kolaborasi yang saling memperkuat. Menurutnya, Batam dan Singapura memiliki potensi ekonomi yang bisa dikembangkan bersama untuk menciptakan nilai tambah bagi kedua belah pihak.
“Saya berkeyakinan, kemajuan tidak harus memandang pihak lain sebagai rival. Justru dengan kerja sama, kita bisa maju bersama,” jelasnya.
“Tidak perlu menahan atau menutup peluang bagi pihak lain agar diri kita terlihat unggul. Pola pikir seperti ini harus diubah menjadi pola pikir kolaboratif,” tambahnya.
Pandangan tersebut mendapat sambutan positif dari pihak Singapura. Kedua belah pihak sepakat bahwa hubungan ekonomi Batam dan Singapura perlu terus dijaga dan dikembangkan, terutama dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Selain membicarakan filosofi kerja sama, pertemuan itu juga menyinggung berbagai hal konkret, termasuk investasi Singapura di Batam, peluang kerja sama baru, serta arah pembangunan ekonomi Batam di masa mendatang.