“Puncak kasus terjadi pada Juli 2025 dengan 112 penderita, sedangkan terendah pada April dengan 32 kasus,” ujar Didi.
Selain jumlah kasus, Didi juga mengungkap korban meninggal akibat DBD juga masih terjadi tiap tahun. Pada 2018 sebanyak 8 orang, 2019 sebanyak 1 orang, 2020 sebanyak 4 orang, 2021 sebanyak 4 orang, 2022 sebanyak 8 orang, 2023 sebanyak 3 orang, 2024 sebanyak 14 orang dan 2025 sebanyak 2 orang.
Meski jumlah kematian pada 2025 lebih rendah dibanding tahun lalu, angka ini tetap menjadi peringatan serius.
Hingga awal September 2025, kasus DBD tersebar di seluruh kecamatan di Batam. Sebanyak 5 kecamatan mencatat angka cukup tinggi.
Yakni, Sagulung 90 kasus, Batam Kota 82 kasus, Sekupang: 70 kasus, Batu Aji 68 kasus, Bengkong: 64 kasus. Sementara itu, kasus terendah ada di Belakang Padang 2 kasus, disusul Bulang 3 kasus dan Galang 8 kasus.
Didi mengimbau melihat tren kasus yang masih tinggi, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan menerapkan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, serta mencegah gigitan nyamuk).
Pemerintah juga menargetkan peningkatan partisipasi warga untuk menekan angka kasus DBD agar mendekati target nasional.
Untuk menekan angka kasus, Pemerintah Kota Batam telah mengeluarkan Surat Edaran Wali Kota Batam Nomor 11 Tahun 2025 tentang Kewaspadaan Dini Peningkatan DBD.










