“Syukurlah dilanjut kembali,” ujar Osman lembut. “Kami hanya berharap kali ini jangan berhenti lagi. Kegiatan budaya seperti ini adalah investasi masa depan.”
Bagi mereka, kebijakan pembangunan harus selalu berpijak pada kearifan sosial dan budaya masyarakat hinterland, bukan semata infrastruktur atau ekonomi. Sebab, di balik setiap perahu yang melaju di Selat Singapura itu, ada doa, gotong royong, dan cinta yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Kini, setiap kali layar perahu Sea Eagle terbentang di atas ombak, masyarakat Belakang Padang seolah berbicara kepada dunia:
Bahwa mereka bukan sekadar penonton dari kemajuan Batam, melainkan bagian dari sejarah yang memberi warna pada identitas Melayu Kepulauan Riau.
Dan seperti Hang Nadim yang dijuluki Elang Laut, semangat mereka terus terbang tinggi, menjaga marwah budaya, menyulam ekonomi, dan menghidupkan rindu pada akar yang tak boleh dilupakan.(*)
