Ia menunjuk para anggota paguyuban budaya yang hadir sebagai representasi komunitas. Di depan mereka, Surya mengaku memiliki garis keturunan yang unik.
“Ayah saya asli Melayu, ibu saya asli Betawi. Saya bisa bergabung di Jakarta, saya bisa bergabung di Melayu,” ujarnya sambil tertawa kecil, mencairkan suasana.
Kepri Kaya Budaya, Tapi Kekurangan Destinasi
Meski dianugerahi ribuan pulau dan keberagaman etnis, Surya melihat Kepri masih tertinggal dalam satu hal: destinasi wisata berbasis budaya.
“Yang ramai hari ini itu hotel dan resor. Tapi itu milik swasta. Mereka punya pasar dan promosi sendiri,” tegasnya.
Menurutnya, Batam kini hanya menjadi kota singgah: “Orang Singapura datang hanya makan, belanja, selesai dan langsung pulang.” tegasnya.
Wisatawan asing yang mencari pengalaman budaya justru terbang ke Jawa atau daerah lain. Padahal, Surya mengamini:
“Orang itu datang kalau punya kedekatan—entah budaya, tradisi, atau kearifan lokal.” tegasnya.
Di Kepri, tambahnya, hanya sedikit objek wisata yang dikelola dan dipromosikan berbasis budaya lokal. Ia memberi contoh Pucak Beliung, yang dikembangkan komunitas dan berhasil menarik kunjungan reguler.









