Selain PLTS Tembesi, Indonesia juga memiliki tiga proyek PLTS terapung lainnya, yaitu di Cirata (Jawa Barat), Karangkates (Malang), dan Saguling (Jawa Barat). Namun, hingga kini, baru PLTS Cirata yang telah resmi beroperasi.
“Kita bisa memanfaatkan waduk-waduk itu. Itu kita coba berdayakan melalui utilisasi waduk-waduk yang ada di Pulau Jawa,” kata Kuswara.
PLTS Terapung Tembesi yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) ini ditargetkan mulai beroperasi secara komersial pada pertengahan tahun 2026, atau antara kuartal II hingga kuartal III tahun tersebut.
Dengan kapasitas 46 MWp, PLTS Tembesi akan menjadi proyek pembangkit tenaga surya terapung terbesar kedua di Indonesia setelah PLTS Cirata.
Pembangkit ini diharapkan dapat memperkuat pasokan energi di wilayah Kepulauan Riau serta menarik minat investor asing untuk menanamkan modal di Batam.
“PLTS ini nantinya dapat mengakomodasi kebutuhan energi di wilayah Kepulauan Riau sekaligus menggerakkan perekonomian lokal,” ujar Kuswara menambahkan.
Saat ini, proyek masih berada dalam tahap konstruksi dengan progres pembangunan yang berjalan sesuai jadwal. (**)
