“Turis itu ada dua, yang jalan sendiri dan yang ikut grup. Nah, yang jalan sendiri ini rentan tertipu karena informasi tentang wisata di Batam sangat terbatas,” katanya.
Menurutnya, Tourist Information Center (TIC) yang seharusnya menjadi pusat informasi utama bagi wisatawan belum berfungsi optimal. Padahal, keberadaan TIC yang aktif bisa membantu wisatawan mengakses informasi rute, destinasi, transportasi, hingga kuliner lokal yang aman dan terpercaya.
Surya menekankan, pembangunan infrastruktur pariwisata—sehebat apa pun—tidak akan memberikan dampak signifikan tanpa dibarengi dengan penguatan karakter dan profesionalisme SDM.
“Fokus kita harus ke manusia. Karena sebesar apa pun potensi Kepri, tanpa manusia yang punya jiwa melayani dan sadar wisata, semua hanya akan jadi potensi,” tutupnya.
Bagi Surya Wijaya, keberhasilan pariwisata Kepri di masa depan bukan hanya diukur dari banyaknya wisatawan atau megahnya infrastruktur, tetapi dari sejauh mana masyarakatnya mampu menyambut tamu dengan disiplin, empati, dan kebanggaan.
Sebab, pariwisata sejatinya bukan sekadar bisnis menjual pemandangan, melainkan tentang menjual pengalaman — pengalaman yang dibentuk oleh manusia. Dan di situlah, masa depan pariwisata Kepri akan ditentukan. (**)
